ASTRID ORDINARY TEENS

Sabtu, 15 November 2008

GununG


PADA GUNUNG YANG MENJULANG TINGGI
DAN ASRINYA RONA HUTAN YANG MENGELILINGINYA
KETIKA AWAN PUTIH TIPIS BERARAK PERLAHAN DI ATAS HAMPARAN SAWAH
SEBUAH PADUAN ALAMI YANG TAK DAPAT KATA MENGUNGKAPKANNYA

"DON'T CrY bEcause someThing is over,smiLe because it happened"

Malin Kundang

Ringkasan Cerita Rakyat dari Sumatera Barat
Malin Kundang


Alkisah, hiduplah seorang perempuan miskin di sebuah kampung nelayan di Pantai Air Manis. Perempuan miskin setengah baya tersebut mempunyai seorang anak lelaki tunggal bernama Malin Kundang. Malin Kundang sejak kecil telah ditinggal mati oleh bapaknya. Jadilah Malin Kundang anak yatim, yang sehari-hari dirawat dan dibesarkan oleh ibunya dengan mencari kayu api atau menangkap ikan di tepi pantai. Dengan penuh kasih sayang Malin Kundang dibesarkan ibunya hingga beranjak remaja.
Pada suatu hari di tengah deruan ombak pantai Air Manis, Malin Kundang mengutarakan maksud hatinya kepada ibunya. Malin Kundang bermaksud untuk pergi merantau ke negeri seberang guna merubah nasib hidup dan masa depannya. Sang ibu tak kuasa menahan dan melepas anak yang dicintai dengan cucuran air mata. Tinggallah ibunya seorang diri dan berdo’a semoga Malin Kundang berhasil di rantau orang.
Bulan berganti, tahun berlalu, terdengarlah berita dari nakhoda yang sering berlabuh di Pantai Air Manis. Sungguh tak dapat dibayangkan ternyata Malin Kundang telah menjadi kaya dan mempunyai istri yang cantik di rantau sana. Alangkah bahagianya ibu Malin Kundang mendengar kabar baik tersebut. Tiap malam sang ibu berdo’a semoga Malin Kundang segera kembali. Sungguh sang ibu sangat merindukannya.
Pada suatu hari merapatlah sebuah kapal besar membawa Malin Kundang di pantai Air Manis. Hati sang ibu sungguh sangat bahagia, karena do’anya dikabulkan Tuhan untuk dapat kembali bertemu dengan anaknya yang telah berpuluh tahun pergi jauh dari pangkuannya. Main Kundang tampak gagah turun dari kapal bersama istri cantiknya. “Malin, Malin, ini ibu nak“, sahut ibu sambil berlinangan air mata karena bahagianya. Akan tetapi ternyata Malin Kundang telah berubah dan sombong, ia tidak mau mengakui wanita yang datang dengan baju yang compang-camping itu sebagai ibunya. “Saya tidak punya ibu yang hina dan miskin seperti kamu, dasar tua bangka yang tak tahu diri!”, begitu kata Malin Kundang kepada wanita yang memang adalah ibu kandungnya. Hati sang ibu tersayat bak sembilu, bagai petir disiang hari, tak disangka anak yang disayangi dan dirindukan sepanjang hari melukai hatinya dan durhaka kepadanya.
Malin Kundang lantas berlalu dan meninggalkan ibunya yang masih bersimpuh sambil menangis sedih. Tak lama kemudian kapal Malin Kundang mulai bergerak meninggalkan sandaran. Sang ibu berdo’a sambil meneteskan air mata. “Ya Tuhan, kalau memang Malin Kundang anakku, tunjukkanlah kebesaran-Mu kepada ku”.
Tak lama kemudian datanglah badai disertai petir dan gelombang laut yang dahsyat. Tak pelak kapal Malin Kundang dihantam gelombang laut yang datang secara tiba-tiba. Malin Kundang sempat memanggil nama ibunya, namun kebesaran Tuhan telah datang, Malin Kundang si anak durhaka tenggelam bersama kapalnya dan terdampar di tepi Pantai Air Manis. Konon karena kutukan ibunya, Malin Kundang bersama istrinya berubah menjadi batu.






Tema
Tema merupakan pokok permasalahan atau persoalan yang ada dalam sebuah cerita atau karya sastra. Tema yang saya rasa tepat untuk cerita rakyat yang berjudul Malin Kundang ini adalah tentang Kedurhakaan Seorang Anak. Dimana pokok persoalannya adalah tentang seorang anak yang durhaka kepada ibu kandunnya yang telah melahirkannya, dan di akhir cerita ALLAH memberi balasan yang setimpal terhadap Malin Kundang yaitu didatangkannya badai yang disertai petir yang menenggelamkan Malin Kundang bersama kapalnya.

Amanat
Amanat atau pesan yang terkandung dalam ringkasan cerita rakyat yang berjudul Malin Kundang ini adalah :

a) Janganlah durhaka terhadap orang tua apalagi terhadap ibu kita.
Durhaka terhadap orang tua apalagi terhadap seorang ibu merupakan perilaku yang tercela dan sangat dilarang oleh agama. Ingatlah bahwa Surga berada di bawah telapak kaki ibu. Oleh karena itu, berprilaku baik dan lemah lembut lah terhadap ibu kita.
b) Janganlah berlaku dan berkata kasar terhadap ibu kita yang telah melahirkan kita.
Janganlah kita meniru sikap dan watak Malin Kundang yang menghardik ibunya, serta berkata-kata yang menyakitkan hati ibunya. Ingatlah bahwa seorang ibu telah mengandung kita selama kurang lebih sembilan bulan lamanya dalam kandungan. Seorang ibu telah berjuang mempertaruhkan nyawanya demi untuk melahirkan anaknya ke muka bumi ini.
c) Jangan pernah untuk melupakan ibu yang telah mengandung, melahirkan dan membesarkan kita.
Jika kita telah menjadi seorang yang sukses di kemudian hari, janganlah pernah melupakan ibu yang telah mengandung, melahirkan dan membesarkan kita. Pada cerita ini, Malin Kundang setelah menjadi saudagar yang kaya dan memiliki seorang istri yang cantik jelita, ia lupa akan ibunya kandungnya sendiri yang telah mengandung, melahirkan dan membesarkannya. Ia berlaku kasar terhadap ibunya, dan menorehkan luka yang membuat pedih hati ibunya. Sehingga di akhir cerita, karena kebesaran yang ditunjukkan oleh Tuhan berupa badai disertai petir, Malin Kundang si anak durhaka tenggelam bersama kapalnya, dan konon karena kutukan ibunya ia berubah menjadi batu.












Nilai–Nilai
Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat yang berjudul Malin Kundang ini adalah :

· Nilai moral
Dalam cerita ini, tindakan Malin Kundang tidak bermoral dan berprikemanusiaan, seperti tercermin dari tindakannya yang menghardik ibunya. Jika Malin Kundang adalah seorang yang bermoral dan berprikemanusiaan tentulah dia tidak akan menyakitkan hati ibunya.

· Nilai Agama
Dalam cerita rakyat berjudul Malin Kundang ini terdapat nilai agama yang dilanggar oleh Malin Kundang. Agama menyuruh kepada semua orang anak untuk menghormati kedua orang tua, dan juga memuliakan ibu.

Kaitan Nilai-Nilai Tersebut dengan Kehidupan Masa Kini

Dalam kehidupan saat ini, nilai-nilai tersebut masih berlaku seperti nilai moral yang mengajarkan kita untuk berprilaku lemah lembut kepada orang tua dan juga nilai agama yang menyuruh kita untuk selalu mendo’akan orang tua, memohon ampun atas dosanya. Sebagai seorang muslim di era modern kita tahu bahwa dalam ajaran agama Islam durhaka kepada orang tua merupakan salah satu bentuk dosa besar. Akan tetapi masih di saat sekarang ini masih ada anak yang melanggar nilai-nilai tersebut. Seperti mengecewakan harapan orangtuanya, berprilaku kasar kepada ibu dan bapaknya, membuat cemas orang tua, menyedihkan hati orang tua, bahkan sampai ada seorang anak yang dikabarkan melalui berbagai media membunuh orang tuanya.

Contoh Resep Makanan&Minuman

SOTO PADANG

Bumbu soto dibeli di Toko Selamat (Padang)
Tumis :
1. Kemiri
2. Kunyit sedikit
3. Jahe sedikit
4. Laos sedikit

Semua bahan di atas digiling halus, setelah ditumis masukan ke dlm daging rebus. Daging tsb direbus sama tulang2nya (sumsum). Setelah daging empuk, angkat daging tsb dan digoreng bulat-bulat, selesai digoreng baru dipotong/diiris-iris.

Masukan bumbu Selamat ke dalam kuah/air satu atau dua sendok tergantung banyaknya kuah yag akan dibuat. Tambahkan daun jeruk, daun serei, daun salam, cuka, dan garam (sambil dirasakan). Ketika api mau dimatikan masukan daun bawang prei.

· Sediakan di dalam mangkok :
1. Soun
2. pergedel

Siram dengan kuah

· Taburkan bawang goreng dan bawang seledri, dirajang halus, dan kerupuk, hidangkan.

ES CENDOL PATIMURA

Sagu dimasak seperti bubur sumsum (panas-panas), masukan ke cetakan cendol yang ditampung dengan air dingin di bawahnya, sampai di air dia akan membeku.

Air cendol / kuah dibuat dari bahan kelapa yg dijadikan santan dengan air panas, tidak dimasak lagi, tambahkan gula merah dan garam secukupnya, serta pandan.

Isi cendol bebas (tape singkong, pacar cina, tape ketan hitam, sari duren,dll). Ok.


Cerpen Senandung Lagu Harmonika

SENANDUNG LAGU HARMONIKA


Siang ini berbeda dengan sebelumnya. Hari ini adalah awal musim penghujan di bulan ini. Hujan lebat disertai angin kencang yang berawan tebal tidak biasanya terjadi. Aku tidak membawa persiapan seperti payung yang biasanya selalu ada dalam tasku, itu karena di pagi hari sewaktu berangkat sekolah cuaca tidak menunjukan bahwa akan datang hujan. Kalau sudah begini aku jadi bingung bagaimana caranya pulang ke rumah. Siapa yang bisa kuharapkan untuk menjemput atau mengantarkan ku pulang. Ke dua orang tua yang sibuk bekerja, pak supir pulang kampung ke Solo, dan teman-teman disekolah ini yang tidak seramah atau sebaik teman-teman sekolahku di Padang.
Bercerita tentang sekolah ku di Padang, aku pernah bersekolah selama delapan tahun di sana. Setelah itu, kedua orangtuaku-yang selalu sibuk bekerja itu, keduanya sama-sama dipindahkan tugas ke Jakarta. Apa boleh buat, tentu aku harus mengikuti mereka untuk pindah ke Jakarta, karena aku tidak memiliki keluarga di Padang selain mereka-kedua orangtuaku. Ternyata di Jakarta, teman-teman ku disini hanya memikirkan kepentingan nya sendiri atau mungkin hanya bergaul dengan teman se-gank nya. Mereka sulit menerima teman baru. Sungguh keadaan yang sangat berbeda.
Aku memutuskan untuk berteduh di pos satpam sambil menunggu hujan reda. Di sekolah ini tampak beberapa orang anak telah pulang, kebanyakan mereka dijemput oleh kendaraan pribadi sedangkan aku hanya menunggu sampai hujan reda dan berharap hujan segera berhenti.
Sudah lebih dari empat puluh menit aku berada di pos satpam ini, tetapi hujan semakin deras. Angin pun semakin kencang dan keadaan di sekolah sudah mulai sepi. Kalau saja tadi aku membawa payung dari rumah pasti tidak akan seperti ini. Aku sudah mulai merasa bosan. Tidak ada orang yang akan diajak bicara., dan aku paling tidak suka menunggu.
Kulihat arloji yang melingkari tangan kananku, waktu sudah menunjukkan pukul dua lewat seperempat. Itu berarti sudah lebih dari satu jam aku berada di tempat ini. Betapa sial dan malangnya aku disini karena aku hanya sendiri.
Ternyata aku salah. Ternyata aku tidak sendiri di tempat ini. Setelah beberapa lama kemudian, seorang laki-laki berjaket cokelat dan masih mengenakan celana seragam abu-abu datang ke pos satpam. Ia salah seorang siswa di sekolah ini.
Saat ia datang ke pos satpam tiba-tiba saja aku tersentak kaget, jantungku berdebar. Mengapa ia masih disini? Bukankah ia harus segera pulang untuk mempersiapkan diri? Sebentar lagi ia akan menghadapi final pertandingan basket antar sekolah bukan? Beribu tanya berada dalam pikiranku saat ini.
Dia adalah Aldo salah seorang seniorku. Aku mengaguminya karena sikapnya yang ramah dan sopan kepada semua orang, serta segudang prestasi yang ia miliki membuatku simpatik kepadanya. Aku mengenalnya saat rapat perwakilan kelas di ruang OSIS. Saat itu pengurus OSIS dan beberapa orang siswa lainnya berencana untuk mengadakan bazar amal. Aku dan dia termasuk kedalam kepanitiaan diluar pengurus OSIS.
“Assalamu’alaikum” ucapnya kepada ku. “Wa’alaikum salam”, balasku. “Masih disini ya, kenapa belum pulang?” tanyanya dengan sopan. “Gak ada yang jemput kak, pak supir lagi pulang kampung, aku gak bawa payung”, jawabku kepadanya. Aku tidak balik bertanya kenapa ia masih ada di sekolah ini, padahal saat ini banyak pertanyaan yang ingin kusampaikan padanya tapi itu tertahan di ujung lidah.
Waktu sudah hampir menunjukkan pukul tiga sore, tetapi hujan masih belum reda, sedangkan angin yang begitu kencang itu membuatku tidak tahan untuk hanya berteduh di tempat ini. Aku pun sudah beberapa kali bersin dan berusaha untuk menahan dingin. Kepala ku mulai terasa pusing, aku memang tidak tahan terhadap cuaca dingin.
Tiba-tiba sebuah jaket datang untuk menutupi tubuhku yang merasa kedinginan karena hujan. Aku menoleh ke samping, itu adalah jaket berwarna cokelat. Itu adalah jaket Aldo. Kak Aldo sangat baik, ia mau meminjamkan jaketnya untukku.
“ Pakai jaket ini ya, sepertiya kamu sudah kelihatan tidak sehat” kata Aldo. Sambil tersenyum kepadanya aku berkata “ Makasih ya kak”.
Rasa senang meliputi diriku. Betapa tidak, orang yang aku kagumi selama ini berada di sampingku. Aku tidak pernah menyangka ini akan terjadi. Dia berada di dekatku dalam suasana sepi ditutupi hujan di sore hari. Kini aku tidak merasa sendiri lagi. Aku mempunyai teman yang akan diajak bicara.
“ Kakak, kenapa belum pulang ?” akhirnya petanyaan itu keluar dari mulutku. “ Tadi ada rapat anggota basket, kakak pikir lebih baik menunggu hujan reda dari pada harus pulang hujan-hujanan” katanya kepada ku. Aku hanya mengangguk-anguk saja. “Sendiri aja disini, maksudnya gak pulang bareng temen kamu?". Kak Aldo kembali bertanya. “Enggak, temen yang lain udah pada pulang“, jawabku.
Hujan masih deras, tiba-tiba kak Aldo mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Itu adalah harmonika."Aku suka memainkan alat ini, apalagi saat berada pada suasana yang sepi", kata kak Aldo kepadaku. "Kamu bisa memainkannya?" tanyanya lagi. "Aku nggak biasa main harmonika, tapi aku suka mendengar senandung lagu harmonika", balasku. Setelah itu kak Aldo langsung meniup harmonikanya. Ia memainkannya untukku. Ada beberapa buah lagu yang dimainkannya, dan aku paling suka lagu yang terakhir. Aku terdiam sambil menatapnya. Orang ini memang sosok yang pantas aku kagumi, pikirku.
Seraya mendengarkan senandung harmonika, tidak lama kemudian hujan pun sudah mulai reda. Aku pikir ini saatnya aku pulang, karena banyak pe-er yang harus diselesaikan untuk besok.
“Kak, aku pulang dulu ya, aku pinjem dulu jaketnya, mungkin besok atau lusa aku balikin, ya kak” kataku.
“Ya udah pake aja dulu, kapan mau dibalikin ga masalah, oya rumah kamu dimana jauh gak dari sekolah?” tanya nya.
Aku sedikit terkejut mendengar pertanyaan nya, aku berpikir sepertinya kak Aldo ingin mengajak ku pulang bersamanya.
“Eeemm.. sekitar 30 menit dari sini, di jalan...”, belum selesai aku bicara, ia telah memotong pembicaraanku.“Kakak antar pulang pake motor ya, kasian kamu sendiri, ntar kalo ada apa-apa gimana, ya?”, tanyanya kepadaku. “Nggak usah kak, gampang kok, aku bisa pulang sendiri”jawab ku seakan berbasa basi. “Udah sini biar kakak yang antar pulang”, katanya sedikit meminta. Aku pun tidak bisa menolaknya.
***
Sesampainya di depan rumah aku mengucapkan terima kasih kepada kak Aldo. Aku sempat menawarkan nya untuk singgah ke rumah, tetapi kak Aldo memutuskan untuk segera pulang.
Hari ini seperti hari terindah yang pernah kumiliki. Aku mendapatkan perhatian dari orang yang ku kagumi. Aku jarang mendapatkan yang seperti ini.
Aku adalah anak ke dua dari dua bersaudara. Aku memiliki seorang kakak laki-laki yang usianya sepuluh tahun lebih tua dariku, tapi kini dia bekerja pada salah satu perusahaan di German.
Kedua orang tuaku selalu sibuk bekerja, mereka terlalu mengutamakan karir. Sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk sesekali lebih memperhatikan atau memenuhi keinginanku.
Mama dan Papaku adalah orang-orang yang perfeksionis, egois, dan keras kepala. Tidak jarang terjadi petengkaran karena sikap mereka berdua yang lebih mengutamakan kepentingannya masing-masing.
Pernah pada suatu malam, ketika aku belum tidur, aku mendengar kericuhan dari lantai bawah. Ternyata mama dan papa sedang bertengkar. Saat itu aku sempat mendengar dan mengintip pembicaraan mereka. Mama marah tidak karuan karena papa pulang terlalu malam, dan mama menuduh papa selingkuh. Papa akhirnya marah kepada mama, karena menurut papa tidak sepantasnya mama bersikap begitu ketika papa baru pulang. Papa membentak mama, karena menurutnya, mama tidak patut untuk bekerja, tugas mama hanya lah sebagai ibu rumah tangga. Mama tidak menerima, sehingga terjadilah 'perang mulut' antara keduanya, bersama dengan itu juga terdengar suara piring, mangkuk, dan gelas, serta pintu yang dibanting.
Setelah sempat mengintip kejadian itu, aku memasuki kamarku. Air mataku jatuh berlinang membasahi pipi. Aku menangis, tapi tidak ada yang mengetahuinya karena aku berusaha untuk menahan tangisku. Sejak saat itu, aku merasa kesepian, aku merasa tidak perlu membutuhkan perhatian dari kedua orang tuaku. Keduanya sama-sama egois. Akan tetapi dalam hati kecil ku, aku tetap ingin mendapatkan perhatian dan kasih sayang mereka.
Kehadiran Kak Aldo ternyata mampu menghilangkan rasa kesepian di hatiku. Walaupun aku baru lebih mengenalnya hari ini, tapi aku sangat yakin bahwa ia adalah seseorang yang hadir untuk menghapus rasa sepi dan sedih yang selalu melanda hati.
***

Dua hari kemudian aku membawa jaket kak Aldo ke sekolah untuk dikembalikan kepadanya. Aku juga membawa makanan yaitu sebatang cokelat untuknya sebagai tanda terima kasihku. Aku tidak tahu apakah ia menyukai cokelat atau tidak.
Pulang sekolah aku menemuinya di dekat lapangan basket. Aku menghampirinya dan memberikan jaket kepunyaanya itu. Tidak lupa ku berikan sebatang cokelat sebagai tanda terima kasih. “ Kak Aldo makasih ya jaketnya, oya ini cokelat buat kakak”, kataku. “Makasih Alya, kamu tahu darimana aku suka cokelat?”tanyanya. “Ternyata kakak juga suka cokelat ya, aku sebenarnya gak tahu loh kak, cokelat itu makanan kesukaanku. "Kak, Alya pulang duluan ya” kataku. “Pulang? Kenapa cepet banget pulangnya? Alya gak ngelihat kakak latihan basket, ini kan latihan terakhir tim sekolah kita untuk final minggu depan”, kata nya kepadaku. “Apa tidak lama ? aku ingin cepat sampai rumah", tanyaku."Tidak, ayolah Al, mau ya ngelihat kakak latihan basket?" pintanya.
Aku mengalah lagi deminya. Setelah ku pikir-pikir, lebih baik aku melihat tim sekolah latihan untuk persiapan final dari pada berdiam diri di rumah.
Seusai mereka latihan basket, aku pun pamit pulang dengan kak Aldo dan teman-temannya yang lain. Kali ini kak Aldo tidak menawarkan agar aku pulang bersamanya, itu karena ia adalah ketua tim basket sekolah kami dan ia harus mempersiapkan segala sesuatunya. “Alya, kamu datang ya ke buat nonton finalnya, jangan sampai nggak dateng, kalo bisa ajakin temen-temen kamu buat dukung sekolah kita”, pinta kak Aldo kepadaku. “Insya Allah aku dateng kak”, jawabku.
Tepat pukul tiga aku meninggalkan lingkungan sekolah, kali ini suasana di sekolah masih ramai karena kebanyakan dari kami ingin melihat latihan persiapan untuk final pertandingan basket.
Agar bisa sampai ke rumah aku harus berjalan kaki menuju terminal bus. Ketika hampir sampai di terminal bus, aku mendengar suara klatson motor. Ternyata itu adalah kak Aldo. Kak Aldo memberhentikan motornya. “Pulang sendiri?”tanyanya. “Iya, kakak kok udah pulang bukannya tadi masih ada yang mau diurus?”, tanyaataku. “Itu udah selesai, pulang bareng yuk“, ajaknya. “Ah.. enggak usah kak, ngerepotin, aku bisa sendiri”, kata ku dengan sopan kepadanya. “Sendiri ? Alya kenapa kamu selalu pulang sendiri ? ini Jakarta, apa kamu gak takut terus pulang sendiri di kota besar ini?”tanya kak Aldo. Aku terkejut mendengar kata-katanya. Dia seperti mencemaskan ku, tapi mungkin itu hanya firasatku saja. “Kakak, cuman takut terjadi apa-apa ama kamu. Kamu itu anak perempuan. Seusia kamu itu rawan sekali. Kalo keterusan pulang sendiri apalagi pulangnya naik angkutan umum itu bahaya, mendingan kamu pulang sama kakak aja ya”, kata nya dengan gaya sambil menasihatiku.
"Kan sopir aku pulang kampung", jawabku. "Udah pulang sekolah sama kakak aja", jawabnya lagi. Akhirnya aku bersedia untuk diantar pulang bersamanya.
Aku heran karena kali ini kak Aldo tidak langsung mengantar ku pulang. Kami berhenti di sebuah tempat makan. “Kamu pasti belum makan kan ?”tanyanya. Aku hanya diam saja. Sebenarnya aku memang belum makan siang. “Iya, kakak tahu dari mana ?”tanyaku. “Wajah kamu itu pucat, kamu kelihatan lesu, nanti kalo kamu pingsan di jalan kakak yang repot, tenang aja, aku yang traktir, soalnya tadi kakak udah minta Alya supaya tetep di sekolah ngelihat kakak latihan basket” katanya menjelaskan. "Wah, kak Aldo perhatian sekali", gumam ku dalam hati.
Kami memasuki tempat itu. Banyak sekali anak sekolahan yang mengunjungi tempat itu. Tidak ada satu pun yang ku kenal selain kak Aldo. Kami akhirnya memilih meja no 5, setelah kami menempati meja itu, seorang pelayan datang untuk menanya makanan yang akan dipesan.
Di sana, kami sudah mulai akrab. Kami mulai mengenal satu sama lain. Aku telah menceritakan tentang teman-temanku di Padang, keluargaku yang terlalu sibuk bekerja, dan tentang kehidupanku saat ini.
Kak Aldo ternyata adalah pendengar yang baik. Ia banyak memberikan solusi untuk beberapa masalah yang ku hadapi. Entah mengapa aku merasa mudah untuk menceritakan itu semua. Aku yakin bahwa kak Aldo adalah orang yang bisa ku percaya saat ini.
Kak Aldo ternyata memiliki cerita yang tidak jauh berbeda denganku. Keluarga Kak Aldo juga keluarga yang 'broken home'. Bedanya, itu semua tidak mematahkan semangat kak Aldo, karena ke dua orangtua kak Aldo yang walaupun sudah pisah rumah itu sangat mendukung kak Aldo, mereka tetap memberikan perhatian untuk anak laki-laki satu-satunya itu.

Setelah lama kami bercerita, kak Aldo mengajak aku untuk kembali ke sekolah. Mengapa? Ternyata ada sebuah halaman dibelakang sekolah tempat kak Aldo sering memainkan harmonikanya. Setelah sampainya kami disekolah, kak Aldo menunjukkan dimana letak halaman itu.
***
Halaman belakang sekolah yang cukup luas itu sering digunakan oleh klub biologi untuk melakukan penelitian terhadap objek tumbuh-tumbuhan. Halaman yang indah dengan hembusan angin yang sepoi-sepoi membuatku merasa betah untuk berada di sana.
"Kakak biasanya ada di sini kalo lago boring, tempat ini membuat suasana hati menjadi tenang", kata kak Aldo sambil menghirup nafasnya. Setelah itu kak Aldo memainkan harmonikanya, ia memainkan tiga buah lagu yang berbeda dengan lagu yang sebelumnya pernah ku dengar, sepertinya aku mengenali lagu - lagu itu. Alunan -alunan lagu indah itu adalah lagu berjudul "Perferct" dan "Bunda", satu buah lagi adalah lagu dengan judul "Mengejar Matahari". Lagu-lagu yang pada intinya menceritakan tentang kehidupan.
Aku bertepuk tangan setelah kak Aldo selesai memainkan harmonikanya. "Kamu mau mencoba bermain harmonika?", tanya kak Aldo kepadaku. "Tidak, Alya ga punya nafas yang baik buat main harmonika, Alya cuma bisa main piano kak", jawabku.
"Hidup ini jangan mudah menyerah, Al. Kamu harus semangat", jawab kak Aldo.
Begitulah kak Aldo. Setelah kami sudah saling mengenal, dia selalu menasihatiku, memperhatikanku, dan peduli kepadaku. Dia yang memainkan harmonikanya ketika ku sedih, dia yang selalu menghiburku, dan dia yang mengajak ku ke halaman belakang sekolah. Sikapnya yang seperti itu semakin membuatku mengaguminya. Mungkin tidak hanya mengaguminya, tapi aku juga menyayanginya.
***
Tidak lama lagi final pertandingan basket akan segera diselenggarakan. Sudah beberapa hari aku tidak bertemu dengan kak Aldo. Kak Aldo sangat sibuk mempersiapkan diri untuk pertandingan itu.
***
Pertandingan basket itu dilaksanakan pada hari Minggu di Gelora Bung Karno. Aku ingin memberi kejutan kepada kak Aldo untuk datang pada pertandingan itu, karena sehari sebelumnya aku mengatakan kepada kak Aldo untuk itu tidak bisa menonton pertandingan itu.
Aku pergi bersama teman sebangku ku, Aini. Aini mengajak teman-teman yang lain untuk menjadi supporter. Sehinnga pendukung kak Aldo semakin banyak, mulai dari kelas satu dan kelas dua yang membawa spanduk untuk mendukung tim sekolah kami. Beberapa kali penonton menyebutkan nama kak Aldo karena yang menjadi kaptennya adalah dia. Beberapa spanduk ditulis dengan kata-kata pemberi semangat untuk kak Aldo, sehingga itu membuatnya semakin lincah dan gigih dalam pertandingan itu.
Akhirnya final pertandingan basket itu dimenangkan oleh sekolah kami. Aku sangat senang sekali. Tidak sia-sia perjuangan kak Aldo dan kawan-kawannya. Beberapa orang berteriak bahagia atas kemenangan sekolah kami terutama dari kaum hawa. Ya, ternyata bukan aku saja yang mengagumi kak Aldo, anak-anak perempuan di sekolah ku ini juga banyak yang mengidolakan kak Aldo dan kawan-kawan.
***
Usai pertandingan itu, aku turun dari tribun untuk menghampiri kak Aldo. Aku melangkahkan kaki dengan cepat karena aku ingin kak Aldo mengetahui bahwa aku ada di tempat ini untuk mendukungnya. Tiba-tiba langkahku terhenti seketika. Tidak jauh dari tempat ku berdiri, aku melihat seorang perempuan sedang menyalami kak Aldo. Dia mengusapkan keringat kak Aldo dengan tisu yang dimilikinya. Aku terdiam melihat pemandangan itu. Terlebih lagi aku mengetahui bahwa ia-perempuan itu adalah Anti senior yang paling ku benci selama Masa Orientasi Siswa.
Masa Orientasi Siswa atau lebih dikenal dengan MOS adalah masa yang tidak bisa ku lupakan. Banyak suka dan duka pada saat MOS. Suka nya karena saat itu banyak sekali kejadian lucu dan berbagai acara menarik yang dibuat oleh para senior. Dukanya yaitu seorang senior ku bernama Anti pernah mengejek dan mengerjaiku. Ia sepertinya tidak menyukaiku. Ia pernah membuat keadaan seolah-olah aku telah mendorongnya sehingga ia jatuh saat menuruni anak tangga. Padahal saat itu aku tidak tahu menahu tentang itu, aku tidak pernah mendorongnya agar jatuh, jangankan mendorong, menyentuhnya pun tidak pernah sama sekali. Kejadian itu terjadi pada hari ke dua MOS.
Sewaktu malam penutupan MOS, siswa-siswi kelas satu dan para senior bersalam-salaman. Aku berharap agar permasalahan ku dengan Anti telah selesai, tapi ternyata tidak, sewaktu aku akan menyalaminya dan menyapanya dengan sebutan Kak, dia sama sekali tidak memperdulikanku. Dia mengacuhkan ku begitu saja. Anti memasang tampang angkuh ketika aku akan hendak menyalaminya. Sejak saat itu lah aku membenci senior ku yang bernama Anti itu.
Setelah lama aku terdiam, aku menyadari ternyata kak Aldo sedang melihatku. Kak Aldo menghampiriku. "Alya, kamu ada disini juga ya, bukannya kamu ga bisa pergi hari ini?", tanya kak Aldo. Aku pun berusaha menjawab seadanya saja, karena aku tidak suka melihat Anti berada di dekat kak Aldo. "Kenalin ini pacar kakak, namanya Anti, Anti ini Alya", kata kak Aldo. "Apa ? dia-Anti-senior gue-orang yang paling gue gak suka ternyata ceweknya si Aldo!", gumam ku dalam hati. Oh tidak, aku tidak sanggup mempercayainya, telinga ku terasa panas ketika mendengar kata-kata kak Aldo tadi.
Aku tidak menyalami Anti. "Males, siapa banget sih Anti pake acara disalamin segala", pikirku. Ku lihat Anti tersenyum sinis kepadaku. Anti berusaha ingin merangkul tangan Kak Aldo, sangat terlihat bahwa Anti terlalu agresif. Melihat mereka, aku tidak kuat berada di sana. Aku langsung berlari meninggalkan mereka tanpa berpamitan terlebih dahulu pada kak Aldo.
***
Aku berlari dan terus berlari. Aku berusaha untuk berada jauh-jauh dari tempat pertandingan basket itu. Kali ini, aku memutuskan untuk segera pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, aku langsung menuju kamar ku yang terletak di lantai dua. Aku menghempaskan tasku ke lantai, dan segera berbaring diatas tempat tidur.
Kini, aku benar-benar merasa sendiri dan kesepian. Hatiku hancur melihat kejadian tadi. Orang yang aku kagumi ternyata sudah ada yang memiliki. Satu hal yang aku sesali mengapa harus Anti yang mendapatkan kak Aldo. Aku ingin menangis, tetapi tangisan ku tertahan. Aku tidak bisa menangis dan aku merasakan sesuatu yang menyesak di dalam dada. Beberapa lama kemudian, telepon genggam ku berdering. Ternyata kak Aldo menghubungi nomor ku, tetapi aku tidak mengangkatnya. Aku membiarkan telepon genggam ku terus berdering, dan akhirnya aku memutuskan untuk menonaktifkan telepon genggam ku.
***
Ketika selesai makan malam, aku kembali menuju ke kamar. Malam ini, untuk yang pertama kalinya aku makan malam bersama mama dan papa setelah beberapa lama suasana yang seperti ini aku rindukan. Suasana saat berkumpul bersama keluarga tercinta. Setelah makan malam, aku menuju ke kamar ku di lantai dua. Aku mengerjakan pekerjaan rumah, dan menyiapkan buku-buku untuk bersekolah di esok hari. Setelah semuanya selesai, aku mematikan lampu kamarku untuk segera tidur. Akan tetapi, tiba-tiba saja aku mendengar suara keributan dari lantai bawah. Itu adalah suara mama dan papa. Aku terkejut karena mama dan papa bertengkar lagi.
Oh Tuhan, mengapa ini terjadi lagi? Mengapa suasana bahagia bersama keluarga yang baru saja aku rasakan cepat sekali berlalu? Mengapa? Aku tidak tahan mendengar pertengkaran mereka. Aku menutupi kuat-kuat ke dua telingaku dengan bantal, tetapi tetap saja tidak bisa. Suara mama dan papa masih terdengar. Ketika ku lepaskan bantal yang menutupi telingaku tadi, aku mendengar tangisan mama, dan akhirnya mama berkata "Aku ingin bercerai saja denganmu".
Aku menangis di malam ini. Hari ini terasa sungguh berat. Kejadian yang sama sekali tidak ku harapkan datang begitu saja. Mengapa kebahagiaan itu pergi? Apakah begitu sulit untuk mendapatkan kebahagiaan? Mengapa orang-orang disekitarku tidak memperdulikan ku? Padahal aku sangat menyayangi mereka. Mulai dari mama, papa, saudara ku, semuanya terlalu sibuk bekerja, hingga kak Aldo yang ku pikir hanya dia lah yang peduli dan menyanyangi ku selama ini.
Tiba-tiba aku teringat sesuatu yaitu harmonika. Senandung lagu harmonika yang hanya bisa mengobati kepedihanku. Aku mulai membayangkan bentuk harmonika. Aku membayangkan seseorang sedang memainkan harmonika untukku. Lagu-lagu yang dimainkannya begitu indah. Alunan iramanya membawa ketenangan bagi diriku. Aku sangat menikmati alunan iramanya, sehinnga aku pun tertidur lelap karena mendengarnya.
***
Keesokan harinya aku berangkat sekolah diantar oleh pak Agus, sopir pribadiku. Pak Agus sudah kembali dari kampung halamannya. Sesampainya aku di sekolah, aku menitip pesan pada pak Agus "Pak, kalo aku udah mo pulang aku telfon bapak dulu, kalo belum aku telfon, jangan di jemput dulu ya", kata ku. "Siip non", jawab pak Agus. "Makasih pak aku pergi dulu, assalamu'alaikum", ucap ku. Aku keluar dari mobil itu, dan menutup pintu mobil.
Aku mempercepat langkahku agar segera sampai di kelas. Sewaktu berjalan menuju ke kelas, aku berpapasan dengan kak Aldo. Kak Aldo menyapaku, teapi aku tidak membalasnya. Aku pun semakin mempercepat langkah.
***
Ketika jam istirahat, aku melangkahkan kaki menuju halaman belakang sekolah. Entah mengapa, aku ingin sekali berada di sana. Sesampainya di halaman belakang sekolah, aku duduk di bawah pepohonan rindang yang ada disana. Aku menarik nafas, kemudian menghembuskannya lagi. Kegiatan itu aku ulang selama sepuluh kali. Kini aku merasakan ketenangan di halaman belakang sekolah.
Tiba-tiba aku mendengar suara harmonika. Irama lagu yang mengalun persis sama seperti irama harmonika yang aku bayangkan semalam. Bayanganku semalam tentang seorang yang memainkan harmonikanya untuk ku dengan alunan lagu yang begitu indah. Akan tetapi, aku masih bertanya-tanya siapakah gerangan orang yang mau memainkan harmonikanya untuk ku.
Orang itu adalah kak Aldo. Ternyata dia lagi yang memainkan harmonika itu. Aku terkejut melihat kedatangannya, karena aku tidak ingin ada orang selain aku di tempat ini. Aku segera berdiri. Saat aku telah berdiri, dia berhenti memainkan harmonikanya.
"Kenapa berdiri?", tanyanya. "Pertanyaan yang gak penting", jawabku. "Alya kamu kenapa? kakak ga ngerti sama kamu, sifat kamu tiba-tiba aja berubah sama kakak", balas nya.
"Udah kak, nggak usah sok ngurusin Alya lagi, urusin aja kak Anti, lagian Alya bukan siapa-siapanya kakak!", jawabku dengan lantang. Aku sebenarnya tidak megerti mengapa kata-kata itu keluar dari mulut ku. "Alya", ujar kak Aldo. Aku pun segera pergi untuk meninggalkannya. Akan tetapi, kak Aldo menahanku. Ia memegang tanganku. "Lepasin", teriak ku. "Nggak, tolong dengerin aku dulu", balas kak Aldo. "Oke", jawabku.
Kemudian kak Aldo menarik nafasnya dalam-dalam, setelah itu ia memulai berbicara.
"Alya, maaf kakak gak cerita selama ini ke kamu tentang Anti. Karena setiap kakak mo cerita, selalu ga jadi, kakak tahu gimana masalah kamu, jadi kakak cuma mo nge hibur kamu. Kakak pikir, nantinya kamu akan tahu kalau Anti itu..". Kak Aldo menggantungkan kata-katanya, aku menjadi tidak mengerti dengannya.
"Udah? Cuma itu yang mau kakak sampein? Kak, perhatian kakak selama ini ke Alya bikin Alya jadi suka sama kakak,ga hanya suka Alya simpatik, kagum, bahkan Alya jadi sayang sama kakak. Dengan adanya kak Anti, Alya ngerasa kakak gak akan merhatiin Alya lagi. Alya jadi ngerasa kesepian lagi, udah gak da yang perhatiin Alya. Mama, Papa, Kak Ardi, dan kak Aldo kalian semuanya sama aja. Mungkin Alya terlalu lancang ngebilang ini sama kakak, tapi Alya udah gak bisa nahan ini lagi. Jadi tolong sekarang kakak gak usah peduli sama Alya lagi, kalo bisa kakak gak perlu cari atau ngurusin Alya lagi!", ujar ku degan panjang lebar.
Kak Aldo terdiam mendengar semua kata-kataku. Setelah itu, aku segera meninggalkannya. Akan tetapi, lagi-lagi kak Aldo menahanku untuk meninggalkan tempat itu. "Alya tunggu". Langkahku terhenti. "Ada apa lagi?", tanyaku. "Aku punya dua harmonika, yang warna putih ini aku kasih buat kamu, tolong terima harmonika ini Alya", pintanya. Aku sempat berpikir telebih dahulu.
"Alya mohon terimalah harmonika ini, setelah ini kakak nggak akan ganngu kamu lagi, kalo kamu masih ingin cerita tentang masalah kamu ke kakak, kakak selalu siap mendengarnya." ujar kak Aldo. Pada akhirnya aku pun mengambil harmonika itu dari tangan kak Aldo. "Makasih, terimakasih buat semuanya kak, buat semua kebaikan kakak". Setelah menerima benda itu, aku pergi meninnggalkan halaman sekolah. Kali ini, kak Aldo tidak lagi menahan ku untuk meninggalkan tempat itu.
***
Hari demi hari kini ku lalui tanpa adanya kak Aldo yang biasanya bersamaku. Aini, teman sebangku ku, untuk saat ini dia lah yang aku percaya. Aini memang berbeda dengan kebanyakan anak perempuan yang ada di sekolah ini. Aini itu ramah, jujur, setia kawan, dan juga pintar. Melihat kepribadiannya itu, tidak jarang aku bercerita tentang masalah yang ku hadapi.

Pada hari Rabu yang cerah, ketika aku baru pulang sekolah, sesampainya di rumah aku di sambut oleh mama yang berdiri di depan pintu masuk. Pemandangan yang tidak biasa ku lihat, karena seharusnya siang ini mama berada di kantor. Perasaanku tidak enak, pasti ada sesuatu hal yang membuat mama untuk tidak pergi ke kantor seperti biasanya. Aku pun menyalami mama dan menciumnya. Mama mengajak ku masuk ke dalam rumah. Ketika aku memasuki rumah, aku juga melihat papa duduk di ruang tamu. Papa masih memakai pakaian kantor. Sepertinya papa baru pulang dari kantor. Aneh, tidak biasanya mereka-mama dan papaku ada di rumah pada siang hari. Sungguh ini tidak seperti biasanya.
Siang ini kami berkumpul di meja makan untuk makan siang. Suatu kegiatan yang jarang bahkan hampir tidak pernah aku lakukan bersama ke dua orang tua ku. Tidak biasanya aku makan siang bersama mereka, karena biasanya aku hanya duduk sendiri di meja makan ini sambil mencicipi masakan bi Ani.
Setelah selesai menyantap hidangan makan siang, mama dan papa mengajak ku ke ruang keluarga. Satu hal lagi yang tidak pernah ku lakukan bersama mereka yaitu berkumpul. Kini aku makin merasakan sesuatu yang aneh dengan sikap mereka kepada ku.
"Alya, ada yang ingin kami sampaikan kepada mu, nak", kata mama. "Iya, untuk itu hari ini sengaja papa dan mama tidak sibuk di kantor", kata papa menambahkan. Aku semakin heran dengan sikap mereka, ingin menyampaikan sesuatu hal kepadaku tapi mengapa harus di siang hari, seperti tidak ada waktu lain saja.
"Nak, mungkin ini terasa berat bagi mu untuk mendengarnya, tapi kami minta maaf, kami telah berusaha untuk mempertahankannya tapi tidak bisa", ujar mama. "Alya gak ngerti maksud mama", jawabku. "Begini Alya, mama sama papa udah sepakat un..untuk..", kata papa dengan gagap. "Untuk apa?", tanyaku. "Maafkan kami Alya, ada suatu hal yang perlu kamu ketahui bahwa sebenarnya papa sama mama udah sepakat untuk... bercerai", kata papa.
"Apa?", jawabku. Aku terkejut mendengar kata-kata papa. Aku bahkan tidak percaya bahwa aku mendengar kata bercerai yang keluar dari mulut papa. Ini pasti hanya mimpi, pikirku. Ku cubit tanganku ,"Aduh", terasa sakit. Ternyata benar, apa yang ku dengar tadi bukan lah di dalam mimpi. Ini adalah suatu kenyataan.
"Ma, apa benar apa yang di bilang papa itu?", tanyaku kepada mama. Mama menganggukkan kepalanya. "Benar nak, itu semua benar bahwa kami akan segera bercerai, ini adalah jalan yang terbaik buat kami", jawab mama.
"Untuk itu kami berada di sini untuk bertanya kamu ingin memilih siapa, maksudnya jika kami telah bercerai kamu memilih tinggal dengan siapa, papa dan mama memberikan kebebasan kepada mu untuk memilih nak", kata papa yang seolah-solah berbicara tanpa merasa bersalah.
Air mata ku mulai berlinang, semua yang ku dengar tadi sangat menyakitkan hati. Aku tidak ingin mereka bercerai. Aku ingin mereka bersatu. "Ma, pa, kenapa sih mama sama papa nggak pernah bisa ngertiin perasaan aku, mama sama papa selau mikirin sesuatu hanya untuk kepentingan kalian. Mama sama papa cuma memanjakan aku dengan materi, sedangkan aku nggak butuh itu. Ma, pa, Alya cuma butuh perhatian dan kasih sayang dari mama dan papa, Alya gak mau mama sama papa cerai", ujar ku dengan panjang lebar.
"Tapi Alya, ini semua demi kebaikan kita. Kami sudah menanyakan ini dengan kakak mu yang ada di German, kakak mu setuju saja dengan alasan demi kebaikan mama , papa dan juga kamu Al", tambah mama. "Mama, papa, kak Ardy kalian semua sama. Gak ada yang pernah peduli sama aku, ga ada yang sayang sama aku. Gak pernah ngasih kebahagiaan buat aku", ujar ku. Kini aku menangis di hadapan mereka. Akan tetapi mereka tetap pada pendirian awal untuk bercerai. "Alya, kami tidak memaksakan kamu untuk cepat menerima kenyataan ini, kami memberikan kamu waktu selama lima hari untuk berpikir ingin memilih mama atau papa", ujar papa.
Aku menarik nafas dalam-dalam, dan aku berkata kepada mereka "baiklah, Alya mengalah, Alya mengikuti keinginan mama dan papa, tapi Alya punya satu permintaan". "Apa itu nak", tanya papa. "Alya hanya ingin selamanya mama dan papa tetap sayang sama Alya, dan lebih memperhatikan Alya karena Alya sayang sama kalian semua".
Setelah itu, aku segera menuju kamar ku yang ada di lantai dua. Di kamar itu aku duduk terdiam, aku menangis. Aku melihat harmonika yang terletak di atas ranjang tempat tidurku . Aku mengambil harmonika itu, tetapi aku tidak memainkannya. Tiba-tiba aku teringat dengan seseorang yang memberikan harmonika itu. Seorang yang bisa menghiburku, yang bisa mengobati rasa kepedihan ku . Hanya dia lah orangnya. Siapa lagi kalau bukan kak Aldo.
***
Keesokan hari saat aku di sekolah, aku berpapasan dengan kak Aldo. Kak Aldo senyum ke arah ku. Aku hanya menundukkan kepala saat berpapasan dengannya. Aku ingin mencurahkan perasaan sedih ku kepada nya, tapi itu tidak mungkin karena aku telah memutuskan untuk tidak mengganggu nya lagi.
***
Dua hari telah berlalu, tinggal 3 hari lagi waktu untuk memilih apakah dengan mama atau dengan papa nantinya aku tinggal setelah mereka bercerai. Akan tetapi, sampai saat ini aku masih belum memiliki pilihan.
Saat di sekolah, aku tidak berkonsentrasi dalam belajar. Itu karena aku memikirkan tentang persoalan keluarga ku. Tiba-tiba Aini bertanya, "Alya, lo kenapa? Lo lagi ada masalah ?". "Oh, nggak, gue baik-baik aja", jawabku. Kali ini aku memilih untuk tidak menceritakan masalah keluarga ku dengan Aini.
Saat pulang sekolah, aku berjalan melewati lapangan basket. Tidak seperti biasanya. Hari ini kak Aldo dan teman-temannya tidak bermain basket. Biasanya, setiap hari Sabtu, kak Aldo selalu bermain basket dengan teman-temannya. "Ah, sudahlah untuk apa kupirkan kak Aldo", gumam ku. "Lebih baik aku pulang ke rumah saja karena pak Agus sudah menunggu ku untuk pulang", pikir ku lagi.
Sabtu ini aku mempunyai jadwal kursus piano di rumah. Untuk itu aku harus segera bersiap-siap, karena sore nanti guru piano ku akan datang. Saat aku menaiki anak tangga menuju ke kamar, bi Ani-pembantu rumah tangga di rumah menghampiriku. "Non, Ini ada surat, sepertinya ini dari teman non", kata bi Ani. Bi Ani memberi amplop brisikan surat itu kepada ku. "Makasih ya bik".
Ketika sampai di kamar, aku meletakkan tas ku setelah itu aku langsung membuka amplop yang berisikan surat itu. Pada amplop itu tidak tertera nama pengirimnya. "Dari siapa ya? Apa mungkin ini surat dari kak Aldo?", tanya ku.
Setelah amplop itu ku buka, aku pun mengambil kertas yang ada d dalam amplop itu dan membacanya. Ternyata benar, surat ini memang dari kak Aldo.

Jakarta, 31 Mei 2008
Untuk Alya ,
Adik ku
Dear Alya,
Alya bagaimana kabarmu? Apakah hari-harimu lebih baik dari sebelumnya? Kakak harap semoga begitu.
"Basa-basi banget deh ni orang", pikir ku. Kemudian aku melanjut kan membacanya.
Alya, mungkin setelah membaca surat ini, kamu enggak akan ketemu lagi sama kakak di sekolah. Karena kakak, nggak akan sekolah di sana. Kakak akan pindah dari sekolah itu, dari Jakarta, dari Indonesia. Ini adalah keputusan kakak.
Maafin kakak karena kepergian kakak ini mendadak, kakak memang tidak memberi tahu kepada banyak orang tentang kepindahan kakak dari Jakarta. Sebenarnya, waktu kita sempat berpapasan beberapa hari yang lalu, kakak ingin menyampaikan hal ini ke kamu, tapi kakak inget kalau kamu udah nggak mau ketemu sama kakak lagi. Akhirnya kakak memutuskan untuk menyampaikan hal ini melalu surat saja.
Aku menarik nafas, setelah itu aku membacanya lagi.
Alya.. Kakak udah tahu kenapa sikap kamu jadi berubah ke kakak. Kakak juga udah tahu tentang pandangan kamu ke kak Anti dan tentang masalah mu dengan Anti sewaktu Masa Orientasi Siswa.
Alya, kalau kamu ngerasa kakak akan ngelupain kamu, nggak peduli sama kamu maka itu semua salah. Satu hal yang perlu Alya ketahui kalau sebenarnya kak Aldo juga sayang sama kamu, Al. Kakak menyanyangi kamu seperti adik kakak sendiri. Kakak selalu mencemaskan kamu, kak Aldo enggak mau terjadi apa-apa sama kamu. Kamu tahu kenapa? Itu karena kakak memiliki seorang adik perempuan yang sangat kakak sayangi, Aisya namanya. Tapi, sejak terjadi pertikaian di keluarga kami, Aisha selalu merasa murung. Setelah orang tua kami berpisah, dia hilang entah kemana. Keluarga kakak telah mencarinya kemana-mana, kami telah meminta batuan para polisi dan detektif, tapi hinnga sekarang Aisha masih belum ditemukan. Kini, Aisha masih termasuk salah satu daftar nama orang hilang di kota ini. Sejak bertemu dengan mu di pos satpam itu, kakak selalu ingin melindungi kamu. Setelah kamu menceritakan masalah keluargamu, kakak berusaha untuk selalu menghibur mu, terutama dengan memainkan harmonika. Itu karena kakak ingat jika Aisha sedih dan murung ia selalu meminta kakak memainkan harmonika untuknya.
Aku turut merasa sedih membaca surat kak Aldo. Ternyata aku mengingatkannya pada adik perempuannya. Itu lah sebabnya ia selalu mencemaskan ku dan memperhatikan ku.
Alya, kakak mau kamu nggak marah lagi ya sama Anti. Anti itu sebenarnya anak yang baik. Aku sudah mengenal Anti dari kecil. Sikapnya seperti itu karena mama papanya yang selalu memanjakannya. Sebernanya, Anti juga tidak ingin terlalu dimanjakan oleh orang tuanya.
Anti sebenarnya ingin menyelesaikan masalah itu dengan kamu. Tapi, Anti takut kalau kamu enggak akan maafin dia, karena Anti tahu kamu udah terlanjur membencinya.
Alya, maafin Anti ya. Maafin kakak juga. Jadi lah orang yang berjiwa besar dan jadi lah orang yang tegar. Kalau kamu merasa selama ini tidak ada orang yang peduli sama kamu itu tidak benar, karena sebenarnya orang-orang di sekitar kamu sangat menyayangi mu. Mama dan papa mu, aku yakin jauh di di dalam lubuk hatinya mereka sangat mencintai kamu Al, karena bagaimanapun juga kamu adalah anak mereka, buah hati mereka. Hanya saja, mereka tidak bisa mengungkapkan dan menunjukkan rasa sayang itu kepada kamu.
Aku terharu membaca surat dari kak Aldo. Kak Aldo benar, sebenarnya sangat banyak orang yang menyayangi ku. Aku menyadari bahwa anggapan ku selama ini salah.
Alya, kakak mempunyai satu permintaan. Kakak hanya ingin kamu menyimpan harmonika itu. Harmonika itu sebenarnya ingin kakak berikan untuk Aisha. Akan tetapi, karena sewaktu kakak akan memberikannya Aisha lari dari rumah begitu saja, maka kakak memutuskan untuk menyimpan harmonika itu. Sampai akhirnya kakak bertemu dengan mu, kakak merasa bahwa kamu lah orang yang tepat untuk memilikinya. Tolong ya Alya.. jagalah harmonika itu. Kamu bisa sesekali memainkan jika hati mu sedang gundah. Kakak yakin, harmonika itu bisa memberikan semangat baru, dan kekuatan bagi si pemilik yang memainkan dan menikmati alunan musiknya.
Alya, hidup ini penuh dengan pilihan dan kita harus memilih salah satu dari pilihan itu. Seperti aku yang memilih untuk ikut dengan ibu pindah dari Indonesia, seperti aku yang memilih untuk menggapmu layaknya seorang adik padahal aku sangat menyayangi mu dan tidak bisa melupakanmu, seperti aku yang sempat memilih untuk tidak menceritakan tentang Anti kepadamu saat itu.
Alya, ikutilah kata hatimu dalam memilih mana yang terbaik untuk hidupmu. Jangan lupa untuk mempertimbangkan baik buruknya. Kakak yakin kamu bisa menentukan mana yang terbaik untuk dirimu.
Alya, cukup sekian dulu surat dari kakak. Terima kasih karena kamu sempat menjadi bagian hidup kakak walau itu hanya sebentar. Mohon maaf bila ada kata-kata dan perbuiatan yang salah , dan terakhir pesan dari kakak "TETAP SEMANGAT"..

Salam hangat

ALDO
Aku sangat terharu sekali membaca suratnya. Pesan-pesan darinya di surat itu memang sangai ku butuhkan saat ini. Tapi tunggu, ada tambahan dari kak Aldo di surat itu.
NB : Pesawat yang ku tumpangi berangkat pukul 4 sore dengan tujuan Malaysia. Aku pergi ke Malaysia untuk transit di sana. Jika kamu ingin bertemu dengan kakak, kakak tunggu paling lama sampai pukul 3.15 sore. Kakak memakai jaket berwarna cokelat yang pernah kakak pakai sewaktu bertemu dengan mu di pos satpam. Jangan lupa bawa harmonikannya, ok! aku tunggu.
Ku lihat jam dinding di kamar ku. Sekarang pukul setengah tiga. Sepertinya aku masih mempunyai waktu untuk menemuinya. Aku menghubungi nomor handphone kak Aldo, tapi nomornya tidak aktif. Aku mengambil harmonika pemberian kak Aldo dan setelah itu aku meminta pak Agus untuk mengantar ku ke bandara. Aku tidak peduli, kalau sore ini aku mempunyai jadwal kursus piano, karena aku ingin menemui kak Aldo untuk mengucapkan salam perpisahan.
Sialnya, lalu lintas di Jakarta siang ini macet sekali, tetapi aku tetap berharap bisa bertemu dengan kak Aldo.
Aku sampai di bandara pukul 4 kurang lima menit. Aku masih berkeingianan untuk menemui kak Aldo. Ketika ku menanya ke salah seorang resepsionis, ternyata penumpang pesawat yang akan berangkat dengan tujuan Malaysia pukul empat sore, telah berada di dalam pesawat, dan tidak lama lagi pesawatnya akan mengudara.
Oh, ternyata aku belum beruntung karena tidak dapat bertemu dengan kak Aldo. Aku coba lagi untuk menghubungi nomor kak Aldo, tapi ternyata nomornya sudah tidak aktif. Mungkin memang pertemuan saat berpapasan dengannya itu adalah pertemuan yang terakhir.
Aku berjalan menuju tempat parkir mobil sambil memegang harmonika. Tiba-tiba, aku merasa seperti mendengar suara harmonika yang ditiup. Alunan irama yang sedang ku dengar seperti alunan irama harmonika yang pernah dimainkan oleh kak Aldo. Ya, suara senandung lagu harmonika itu tidak asing di telinga ku. Aku mencoba melihat orang-orang disekelilingku, memastikan apakah kak Aldo sebenarnya masih ada di sini. Akan tetapi, aku tidak menemukan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa adanya kak Aldo.
Apakah yang ku dengar ini hanya firasat ku saja? atau karena aku yang merindukan kak Aldo?
Setelah berbagai tanya di dalam benak ku, kini aku yakin bahwa suatu saat nanti aku akan bertemu lagi dengan kak Aldo, entah kapan dan dimana tepatnya aku akan bertemu dengannya lagi. Mungkin senandung lagu harmonika lah yang nantinya akan mengantarkan ku untuk bertemu dengan kak Aldo. Senandung harmonika itu seakan memberi kekuatan dan keyakinan untuk ku termasuk keyakinan untuk memilih dengan siapa nanti nya aku tinggal setelah kedua orang tua ku bercerai.
***

Puisi "gunung"


GUNUNG

PESONAMU TAK DAPAT KATA MENGUNGKAPKANNYA
PADA KAKI LANGIT YANG ASRI ENGKAU NAMPAK BERDIRI KOKOH
SESEKALI AWAN PUTIH BERARAK MENYELIMUTI RUPAMU
RIMBA RAYA PEPOHONAN SELALU SETIA MENEMANI

DERU ANGIN YANG BERTIUP
DAN NYANYIAN ALAM YANG SELALU BERBISIK MERDU
AKU BERKATA KATA DENGAN SANG KALBU
MAHA BESAR ALLAH DENGAN SEGALA CIPTAAN-NYA

DERIK RODA GEROBAK KAMPUNG MENGUSIK LAMUNANKU
SETUMPUK SAYUR MAYUR SEGAR SALING BERADU
HAMPARAN SAWAH DAN PERCIKAN AIR SUNGAI MENGIKUTINYA
WAJAH-WAJAH SANG PETANI MEMBIAS SEDAMAI RAUT ELOKNYA SANG GUNUNG.

LINGKUNGAN DAMPAK PEMANASAN GLOBAL

Lingkungan Dampak Pemanasan Global Mengerikan
VALENCIA, SENIN - Pemanasan global merupakan sesuatu yang tak terbantahkan lagi dan dapat menimbulkan dampak sangat mengerikan. Demikian salah satu pernyataan dalam laporan terakhir Panel PBB untuk Perubahan Iklim atau United Nations Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang diumumkan di Valencia, Sabtu (19/11).
Sekretaris Jendral PBB Ban Ki Moon menantang pemerintah negara-negara di seluruh dunia untuk melakukan aksi nyata mengatasi ancaman tersebut. Ia mengajak para pengambil kebijakan untuk merespon temuan ini dalam konferensi perubahan iklim di Bali yang akan digelar awal Desember 2007.
"Sangat mendesak, usaha global harus dilakukan," ujar Ban Ki-Moon, Sekretaris Jendral PBB. Ia berharap para pengambil kebijakan dari seluruh dunia dapat merespon temuan ini dalam konferensi perubahan iklim yang akan digelar di Bali mulai 3 Desember 2007.
Mengerikan
Laporan tersebut menyebut manusia sebagai biang utama pemanasan global. Emisi gas rumah kaca mengalami kenaikan 70 persen antara 1970 hingga 2004. Konsentrasi gas karbondioksida di atmosfer jauh lebih tinggi dari kandungan alaminya dalam 650 ribu tahun terakhir.
Rata-rata temperatur global telah naik 1,3 derajat Fahrenheit (setara 0,72 derat Celcius) dalam 100 tahun terakhir. Muka air laut mengalami kenaikan rata-rata 0,175 centimeter setiap tahun sejak 1961.
Sekitar 20 hingga 30 persen spesies tumbuh-tumbuhan dan hewan berisiko punah jika temperatur naik 2,7 derajat Fahrenheit (setara 1,5 derajat Celcius). Jika kenaikan temperatur mencapai 3 derajat Celcius, 40 hingga 70 persen spesies mungkin musnah.
Meski negara-negara miskin yang akan merasakan dampak sangat buruk, perubahan iklim juga melanda negara maju. Pada 2020, 75 juta hingga 250 juta penduduk Afrika akan kekurangan sumber air, penduduk kota-kota besar di Asia akan berisiko terlanda banjir dan rob. Di Eropa, kepuanahan spesies akan ekstensif. sementara di Amerika Utara, gelombang panas makin lama dan menyengat sehingga perebutan sumber air akan semakin tinggi.
Kondisi cuaca ektrim akan menjadi peristiwa rutin. Badai tropis akan lebih sering terjadi dan semakin besar intensitasnya. Gelombang panas dan hujan lebat akan melanda area yang lebih luas. Risiko terjadinya kebakaran hutan dan penyebaran penyakit meningkat.
Sementara itu, kekeringan akan menurunkan produktivitas lahan dan kualitas air. Kenaikan muka air laut akan memicu banjir lebih luas, mengasinkan air tawar, dan menggerus kawasan pesisir.

Sabtu, 08 November 2008

Bersakit-sakit dahulu,bersenang-senang kemudian

Hmm.. Pasti udah pada tahu kan tentang ungkapan diatas...

Memang untuk mengejar impian kita harus bersusah payah dulu,,bersusah payah disini berarti kita hendaknya berusaha keras untuk meraih apa yang kita inginkan. Optimis itu adalah kuncinya. Hindarilah sifat pesimis dalam menggapai sesuatu. Sedangkan untuk hasilnya, kita serahkan sama yang diatas.

Dalam usaha menggapai impian, kita jangan memikirkan hal -hal aneh atau jangan banyak berkhayal. Karena khayalan itulah yang akan membuat kita lambat dan lalai. Pikirkan saja bahwa kita akan berhasil, kita akan sukses. Mengapa? Karena pikiran juga lah kuncinya. Pikiran akan mengarahkan apa yang terjadi dalam hidup kita. Jika kita memirkinkan kita akan hidup bahagia, maka kebahagiaan itu akan datang , jika kita memikirkan hal-hal yang membuat kita cemas dan takut, maka hidu kita akan selalu ditemani oleh rasa takut.
"YOU ARE NOT WHAT YOU THINK YOU ARE,,BUT WHAT YOU THINK YOU ARE"
Diri kamu bukan lah apa yang sedang kamu pikirkan,, tapi apa yang kamu pikirkan terhadap dirimu itu adalah kamu.

Jadi untuk meraih sesuatu kita memang perlu berusaha dan berjuang,,selain itu tanamkan sifat optimis,,dan pikirkan lah hal-hal yang baik.

Tahapan Tidur

Mungkin kita pernah mengalami kebingungan saat bangun tidur karena baru saja bermimpi tentang sebuah kejadian yang nggak masuk akal dan rasanya aneh.
Sebenarnya mimpi itu apa sich ?
Nah sebelumnya disini saya akan menjelaskan tentang tahapan tidur terlebih dahulu.
Tahapan tidur
Saat tidur kita akan melewati dua jenis tidur, pertama disebut Non-REM sleep(Non Rapid Eye Movement),ga ada aktivitas pergerakan saat kita tidur. sedangkan REM sleep adalah kondisi pada saat kita tidur dimana mata bergerak dengan cara cepat dan kelopak mata dalam keadaan tertutup.
Tidur itu punya beberapa fase, pengen tahu?
Ini dia tahapannya:
Tahap 1:Light sleep. Ini terjadi saat kita baru akan tidur, antara sadar dan nggak sadar. Du tahap ini kita masih gampang terbangun, tapi pergerakan mata dan badan sudah mulai berkurang. Kaki dan otot kita kadang bergerak atau menegang, disebut hypnic myoclonia.
Tahap 2: Sudah mulai tidur nyenyak. Sekitar 50% waktu kita dihabiskan oleh fae ini. Mata akan berhenti bergerak yang berarti kita sudah masuk ke dalam NREM Sleep dan gelombang otak(yang menunjukkan tingkat aktivitas otak) menjadi lebih lambat.
Tahap 3:Deep Sleep. Pada tahap ini otak sedang berada pada tahap penggabungan gelombang lambat dan gelombang cepat. Kalau kita udah sampai tahap ini, bukan cuma slit dibangunkan, tapi pada saat bangun biasanya kita akan merasa bingung.
Tahap 4: Very deep sleep. Gelombang yang paling banyak bekerja di fase ini adalah gelombang lambat, sehingga sangat sulit terbangun bila kita sedang tidur. Tahap ke-3 dan ke-4 sangat penting untuk mengembalikan stamina tubuh agar bisa fresh di pagi hari.
Tahap 5: REM sleep. Nah, di tahap inilah mimpi muncul. Saat kita memasuki tahap ini, kita akan bernapas lebih cepat dan mata bergerak lebih cepat. Denyut jntung dan tekanan darah pun meningkat. REM sleep biasanya memakan 20% dari waktu tidur orang dewasa dan berlangsung setelah 70-90 menit kita tertidur. Mendekati di pagi hari waktu yang kita habiskan di REM sleep akan meningkat dan tahap deep sleep(tahap 3 dan 4) akan berkurang.