ASTRID ORDINARY TEENS

Sabtu, 15 November 2008

Malin Kundang

Ringkasan Cerita Rakyat dari Sumatera Barat
Malin Kundang


Alkisah, hiduplah seorang perempuan miskin di sebuah kampung nelayan di Pantai Air Manis. Perempuan miskin setengah baya tersebut mempunyai seorang anak lelaki tunggal bernama Malin Kundang. Malin Kundang sejak kecil telah ditinggal mati oleh bapaknya. Jadilah Malin Kundang anak yatim, yang sehari-hari dirawat dan dibesarkan oleh ibunya dengan mencari kayu api atau menangkap ikan di tepi pantai. Dengan penuh kasih sayang Malin Kundang dibesarkan ibunya hingga beranjak remaja.
Pada suatu hari di tengah deruan ombak pantai Air Manis, Malin Kundang mengutarakan maksud hatinya kepada ibunya. Malin Kundang bermaksud untuk pergi merantau ke negeri seberang guna merubah nasib hidup dan masa depannya. Sang ibu tak kuasa menahan dan melepas anak yang dicintai dengan cucuran air mata. Tinggallah ibunya seorang diri dan berdo’a semoga Malin Kundang berhasil di rantau orang.
Bulan berganti, tahun berlalu, terdengarlah berita dari nakhoda yang sering berlabuh di Pantai Air Manis. Sungguh tak dapat dibayangkan ternyata Malin Kundang telah menjadi kaya dan mempunyai istri yang cantik di rantau sana. Alangkah bahagianya ibu Malin Kundang mendengar kabar baik tersebut. Tiap malam sang ibu berdo’a semoga Malin Kundang segera kembali. Sungguh sang ibu sangat merindukannya.
Pada suatu hari merapatlah sebuah kapal besar membawa Malin Kundang di pantai Air Manis. Hati sang ibu sungguh sangat bahagia, karena do’anya dikabulkan Tuhan untuk dapat kembali bertemu dengan anaknya yang telah berpuluh tahun pergi jauh dari pangkuannya. Main Kundang tampak gagah turun dari kapal bersama istri cantiknya. “Malin, Malin, ini ibu nak“, sahut ibu sambil berlinangan air mata karena bahagianya. Akan tetapi ternyata Malin Kundang telah berubah dan sombong, ia tidak mau mengakui wanita yang datang dengan baju yang compang-camping itu sebagai ibunya. “Saya tidak punya ibu yang hina dan miskin seperti kamu, dasar tua bangka yang tak tahu diri!”, begitu kata Malin Kundang kepada wanita yang memang adalah ibu kandungnya. Hati sang ibu tersayat bak sembilu, bagai petir disiang hari, tak disangka anak yang disayangi dan dirindukan sepanjang hari melukai hatinya dan durhaka kepadanya.
Malin Kundang lantas berlalu dan meninggalkan ibunya yang masih bersimpuh sambil menangis sedih. Tak lama kemudian kapal Malin Kundang mulai bergerak meninggalkan sandaran. Sang ibu berdo’a sambil meneteskan air mata. “Ya Tuhan, kalau memang Malin Kundang anakku, tunjukkanlah kebesaran-Mu kepada ku”.
Tak lama kemudian datanglah badai disertai petir dan gelombang laut yang dahsyat. Tak pelak kapal Malin Kundang dihantam gelombang laut yang datang secara tiba-tiba. Malin Kundang sempat memanggil nama ibunya, namun kebesaran Tuhan telah datang, Malin Kundang si anak durhaka tenggelam bersama kapalnya dan terdampar di tepi Pantai Air Manis. Konon karena kutukan ibunya, Malin Kundang bersama istrinya berubah menjadi batu.






Tema
Tema merupakan pokok permasalahan atau persoalan yang ada dalam sebuah cerita atau karya sastra. Tema yang saya rasa tepat untuk cerita rakyat yang berjudul Malin Kundang ini adalah tentang Kedurhakaan Seorang Anak. Dimana pokok persoalannya adalah tentang seorang anak yang durhaka kepada ibu kandunnya yang telah melahirkannya, dan di akhir cerita ALLAH memberi balasan yang setimpal terhadap Malin Kundang yaitu didatangkannya badai yang disertai petir yang menenggelamkan Malin Kundang bersama kapalnya.

Amanat
Amanat atau pesan yang terkandung dalam ringkasan cerita rakyat yang berjudul Malin Kundang ini adalah :

a) Janganlah durhaka terhadap orang tua apalagi terhadap ibu kita.
Durhaka terhadap orang tua apalagi terhadap seorang ibu merupakan perilaku yang tercela dan sangat dilarang oleh agama. Ingatlah bahwa Surga berada di bawah telapak kaki ibu. Oleh karena itu, berprilaku baik dan lemah lembut lah terhadap ibu kita.
b) Janganlah berlaku dan berkata kasar terhadap ibu kita yang telah melahirkan kita.
Janganlah kita meniru sikap dan watak Malin Kundang yang menghardik ibunya, serta berkata-kata yang menyakitkan hati ibunya. Ingatlah bahwa seorang ibu telah mengandung kita selama kurang lebih sembilan bulan lamanya dalam kandungan. Seorang ibu telah berjuang mempertaruhkan nyawanya demi untuk melahirkan anaknya ke muka bumi ini.
c) Jangan pernah untuk melupakan ibu yang telah mengandung, melahirkan dan membesarkan kita.
Jika kita telah menjadi seorang yang sukses di kemudian hari, janganlah pernah melupakan ibu yang telah mengandung, melahirkan dan membesarkan kita. Pada cerita ini, Malin Kundang setelah menjadi saudagar yang kaya dan memiliki seorang istri yang cantik jelita, ia lupa akan ibunya kandungnya sendiri yang telah mengandung, melahirkan dan membesarkannya. Ia berlaku kasar terhadap ibunya, dan menorehkan luka yang membuat pedih hati ibunya. Sehingga di akhir cerita, karena kebesaran yang ditunjukkan oleh Tuhan berupa badai disertai petir, Malin Kundang si anak durhaka tenggelam bersama kapalnya, dan konon karena kutukan ibunya ia berubah menjadi batu.












Nilai–Nilai
Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat yang berjudul Malin Kundang ini adalah :

· Nilai moral
Dalam cerita ini, tindakan Malin Kundang tidak bermoral dan berprikemanusiaan, seperti tercermin dari tindakannya yang menghardik ibunya. Jika Malin Kundang adalah seorang yang bermoral dan berprikemanusiaan tentulah dia tidak akan menyakitkan hati ibunya.

· Nilai Agama
Dalam cerita rakyat berjudul Malin Kundang ini terdapat nilai agama yang dilanggar oleh Malin Kundang. Agama menyuruh kepada semua orang anak untuk menghormati kedua orang tua, dan juga memuliakan ibu.

Kaitan Nilai-Nilai Tersebut dengan Kehidupan Masa Kini

Dalam kehidupan saat ini, nilai-nilai tersebut masih berlaku seperti nilai moral yang mengajarkan kita untuk berprilaku lemah lembut kepada orang tua dan juga nilai agama yang menyuruh kita untuk selalu mendo’akan orang tua, memohon ampun atas dosanya. Sebagai seorang muslim di era modern kita tahu bahwa dalam ajaran agama Islam durhaka kepada orang tua merupakan salah satu bentuk dosa besar. Akan tetapi masih di saat sekarang ini masih ada anak yang melanggar nilai-nilai tersebut. Seperti mengecewakan harapan orangtuanya, berprilaku kasar kepada ibu dan bapaknya, membuat cemas orang tua, menyedihkan hati orang tua, bahkan sampai ada seorang anak yang dikabarkan melalui berbagai media membunuh orang tuanya.

2 komentar:

haries kusumah GM mengatakan...

i love you buat yang punya blog

Unknown mengatakan...

Hmm...
Makasih ya, pr b.Indonesianya selesai deh... :)